Home > GIS & Remote Sensing > Data GIS untuk Perkebunan Kelapa Sawit (01)

Data GIS untuk Perkebunan Kelapa Sawit (01)

Sebelumnya pada artikel yang lain sudah saya uraikan mengenai sumber data untuk perkebunan kelapa sawit. Kali ini saya akan mencoba lebih dalam mengenai penggunaan data penginderaan jauh dan GPS. Satu per satu akan saya coba uraikan di bawah ini.

Data penginderaan jauh untuk perkebunan kelapa sawit secara umum menggunakan citra satelit dan atau foto udara format kecil. Dalam kalimat tersebut, saya sebutkan “secara umum”, yang berarti ada kondisi tidak umum yang menggunakan data penginderaan jauh selain tersebut di atas. Misal, ada kemungkinan dan pilihan untuk menggunakan data radar yang terutama untuk memperoleh kondisi elevasi lahan dalam bentuk DEM. OK, kita kesampingkan dahulu yang tidak umum, mungkin dapat diuraikan di lain kesempatan.

Citra satelit mempunyai kelebihan berupa pengolahan yang lebih sederhana karena menggunakan sistem sapuan pada ketinggian lebih dari 500km dalam pengambilan datanya. Dan karena ketinggian tersebut maka citra satelit mempunyai kekurangan berupa kemungkinan adanya tutupan awan dan perolehannya tergantung ketersediaan data dari vendor. Sedangkan dengan foto udara, mempunyai kelebihan dalam kemudahan dan waktu pengambilan data serta mempunyai resolusi yang lebih baik dibandingkan citra satelit. Foto udara sewaktu-waktu dibutuhkan dapat dengan mudah melakukan pengambilan data. Namun kelemahannya adalah proses pengolahan yang lebih rumit karena sistemnya berupa optik sehingga diperlukan penggabungan frame foto untuk mendapatkan cakupan yang luas. Secara hardware, pengolahan citra satelit membutuhkan spesifikasi yang lebih ringan dibandingkan untuk pengolahan foto udara format kecil. Itu karena citra satelit sudah dalam satu cakupan area dan tidak seperti foto udara yang membutuhkan proses penyambungan antar frame.

GPS, secara akurasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu GPS Geodetik, GPS Mapping, GPS Navigasi. Kadang GPS Mapping & Navigasi digabung karena kerancuan/kemiripan kelompok akurasi. GPS Geodetik mempunyai akurasi hingga centimeter. GPS Mapping, mempunyai akurasi standar 3-7 meter (kadang lebih). Dengan deferensial, GPS mapping bisa mencapai 1 meter. GPS Navigasi, biasa ada di smartphone, mempunyai akurasi sekitar 6-15 meter. Dari sisi harga, tentu saja GPS Geodetik relatif lebih mahal, ya.. cukup untuk membeli 1 mobil. GPS Mapping, mempunyai harga sangat bervariasi tergantung spesifikasi kecanggihannya, yaitu sekitar 20-150 juta rupiah. Sedangkan GPS navigasi, kita sudah bisa mendapatkannya denga kisaran harga 1,5-5 juta rupiah.

Bagaimana dengan peruntukan perkebunan kelapa sawit? Seperti apa sebaiknya yang kita pilih? Berdasarkan pengalaman saya, secara umum, saya akan memilih menggabungkan citra satelit, foto udara, dan GPS mapping. Kenapa? Berikut alasan saya, yang mempertimbangkan kebutuhan ketelitian, harga, dan kecepatan:

  1. Pemetaan perkebunan kelapa sawit tidak membutuhkan tingkat akurasi yang sangat tinggi, distorsi 3-5 meter sudah cukup). Namun untuk kasus tertentu akan membutuhkan akurasi sangat tinggi, seperti pembangunan PKS (membutuhkan pengukuran detil sipil). Meskipun demikian, jika memungkinkan akan sangan baik mendapatkan akurasi sub-meter (distorsi <1 meter).
  2. Saat ini resolusi piksel citra satelit sudah ada yang mencapai 30cm. Kekurasian posisi tanpa GCP (cukup header-nya citra) bisa mencapai 2-5 meter. Untuk mempercepat perolehan citra satelit, saya akan mencari yang archive. Tidak perlu yang terbaru.
  3. Untuk kebutuhan elevasi (DSM & DTM), secara global dapat menggunakan SRTM atau GDEM. Namun untuk lebih detil dapat menggunakan citra radar dari pesawat yang dapat diperoleh dari vendor tertentu. Untuk lebih detil lagi, namun membutuhkan waktu & tenaga pemrosesan, dapat menggunakan foto udara. Hasil sampingan foto udara (adanya overlap dan beda paralaks) menghasilkan data elevasi (beda tinggi).
  4. Data updating dan monitoring, dapat menggunakan foto udara dengan wahana UAV kecil. Ada alternatif menggunakan fixwing atau multicopter. Bagi saya pribadi, karena sifatnya updating dan monitoring ada kemungkinan area cakupan kecil dan terpisah-pisah, maka bagi saya pribadi lebih memilih yang multicopter (=kemampuan mobile yang tinggi).
  5. Alternatif lain untuk updating dan monitoring adalah dengan menggunakan GPS mapping. Usahakan yang mempunyai kemampuan deferensial agar dapat meningkatkan akurasi posisi (atau dapat dilakukan dengan deferensial manual = repot & lama).

(bersambung…)

  1. No comments yet.
  1. No trackbacks yet.

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.